Burung Garuda Pancasila.
Puisi
Judul Puisi: Wahai Burung Garuda Saktiku.,,,
Karya: Ahmadalfaqir. Tatang Revan Affandie, S. Pop. Saja[h.]_
Karawang.
“Wahai Burung Garuda Saktiku.,,,”
“ Wahai Burung Garuda Saktiku.,,,
Seperti yang Engkau tahu
Bahwa Aku dari Sejak dahulu kala
Sampai dikeadaan waktu ini
Masih tetap berdiri kokoh dan tegap
Di atas Bapak. Pandu tanah persada
Ibu Pertiwi,
Dan akan tetap selalu terus berdiri
sampai tak berujung waktu.
Burung Garuda Saktiku.,,,
Aku melihat dengan jelas,
Jelas yang sejelas-jelasnya
Diantara dua bola mata-Mu ada Air
Mata
Yang Khendak menetes Mengalir Menjadi
Aer Dharma Kerakhmatan,
Menjadi obat Penawar untuk Rumput
semak belukar
Agar kembali menjadi Pohon Tiin dan
Jaitun
Berbuah Khuldi yang Rasanya Manis
Anyleng dan Lezat sekali,
(Oleh-oleh dari Revolusi Kedewatan_
red.)
Burung Garuda Saktiku.,,,
Engkau akan terus diatas Puncak
Ketinggian selalu
Tetap menyatu bersama Warna Jingga
dilangit Lintang Gytara,
Memancarkan Cahaya “Kayas” dari
dalam dadamu
Bersinar tanpa henti
Membaur bersama Sinar Mentari yang
Kekal Abadi.
Burung Garuda Saktiku.,,,
Sesungguhnya Jagad Raya Alam raya
dikemestaan
Sejak zaman dahulu kala hingga Masa
tak terhingga
Jagad Raya Se-Mesta akan selalu
berada dalam paruhmu,
Dan Sang. Surya _ Sang. Murube ning
Alam Raya akan selalu
Berada pada kedua Mata Kaki insani_ Manusia Indonesia Sejati.
Menjadi Rakhmat dan kerakhmatan bagi
alam Indonesia Raya ini.
Oh.,,, Burung garuda Saktiku.,,,
(Hasil Kajian Kehidupan pertanggal
tahun September 2012. Tatang Afandi.)
Ternyata Benar ….
Mereka masih tertidur lelap, lelap-selelap
lelapnya,
Bahkan diantara mereka ada yang
mengigau sambil mabuk keras.
( Mengidap penyakit Gila yang susah
untuk disembuhkan_ Sukaaarooo.,,,)
Tapi biarlah tidak menjadi
Mengapa.,,,
Biarkan saja mereka Gila sampai pada
waktunya tiba,
dan pulang untuk Kembali ketempat
kehidupannya yang kekal Abadi,
Hidup untuk Kehidupan serta
Penghidupannya yang sentausa untuk Hidup selama-lamaya.
Burung Garuda Saktiku.,,,
Biji[h.] (biji) yang Engkau berikan
kala itu,
Kini telah menjadi Pohon Padi
Telah Aku semai dan tanam kembali
Disawah Bengkok Sukatani
(Benih Padi Aku namai_ Padi. Sana Jatiwangi_
Sacral.)
Pohon Padi. Sana Jatiwangi yang kini
telah menguning dan berisi
Sebentar lagi Akan menjadi Bibit,
dari tunas-tunas Baru Pemimpin
Negeri Indonesia Raya diesok hari.”
[Revolusi Kedewatan_ Misi: Action
Success, iedul Buddha.]
Puisi ini ditulis ketika jalan-jalan
Ke Monas_ Jakarta.
(Posisi: Jakarta_Monas Menghadap Air mancur, Lampu
hijau Menuju Stasiun kota.)
(Selasa, 23 Oktober 2012 Masehi Pukul.
22.10 Wib Monas_Jakarta. Tatang Afandi_Karawang.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar